File Mentah dapat di DOWNLOAD DSINI
1.Konsep dan Prnsip dasar Statistika
1.1 Ruang
Lingkup Mekanika Teknik
Mekanika
teknik atau dikenal juga
sebagai mekanika rekayasa atau analisa
struktur merupakan bidang ilmu utama yang dipelajari di ilmu
teknik sipil. Pokok utama dari ilmu tersebut adalah mempelajari perilaku
struktur terhadap beban yang bekerja padanya. Perilaku struktur tersebut
umumnya adalah lendutan dan gaya-gaya (gaya reaksi dan gaya
internal).Dalammempelajari perilaku struktur maka hal-hal yang banyak
dibicarakan adalah
·
stabilitas
·
keseimbangan
gaya
·
kompatibilitas
antara deformasi dan jenis tumpuannnya
·
elastisitas
Dengan mengetahui gaya-gaya dan lendutan yang terjadi maka selanjutnya
struktur tersebut dapat direncanakan atau diproporsikan dimensinya berdasarkan
material yang digunakan sehingga aman dan nyaman (lendutannya tidak berlebihan)
dalam menerima beban tersebut.
1.2 konsep dan
prinsip dasar statistika
Ilmu statika pada dasarnya merupakan
pengembangan dari ilmu fisika, yang menjelaskan kejadian alam sehari-hari, yang
berkaitan dengan gaya-gaya yang
bekerja.
Insinyur sipil dalam hal ini bekerja pada bidang perencanaan, pelaksanaan dan
perawatan atau perbaikan konstruksi bangunan sipil.
Fungsi
utama bangunan sipil adalah mendukung gaya-gaya yang berasal dari beban-beban
yang dipikul oleh bangunan tersebut. Sebagai contoh adalah beban
lalu
lintas kendaraan pada jembatan/jalan, beban akibat timbunan tanah pada dinding
penahan tanah (retaining wall), beban air waduk pada bendung, beban hidup
pada
lantai bangunan gedung, dan lain sebagainya.
Dalam mengaplikasikan statistika
terhadap permasalahan sains, industri, atau sosial, pertama-tama dimulai dari
mempelajari populasi. Makna populasi dalam statistika dapat
berarti populasi benda hidup, benda mati, ataupun benda abstrak. Populasi juga
dapat berupa pengukuran sebuah proses dalam waktu yang berbeda-beda, yakni
dikenal dengan istilah deret waktu.
Melakukan pendataan (pengumpulan
data) seluruh populasi dinamakan sensus. Sebuah sensus tentu memerlukan
waktu dan biaya yang tinggi. Untuk itu, dalam statistika seringkali dilakukan
pengambilan sampel (sampling), yakni sebagian kecil dari populasi, yang dapat
mewakili seluruh populasi. Analisis data dari sampel nantinya digunakan untuk
menggeneralisasi seluruh populasi.
Jika sampel yang diambil cukup
representatif, inferensial (pengambilan keputusan) dan simpulan yang dibuat
dari sampel dapat digunakan untuk menggambarkan populasi secara keseluruhan.
Metode statistika tentang bagaimana cara mengambil sampel yang tepat dinamakan teknik sampling.
Analisis statistik banyak
menggunakan probabilitas sebagai konsep dasarnya hal
terlihat banyak digunakannya uji statistika yang mengambil dasar pada sebaran
peluang. Sedangkanmatematika
statistika merupakan
cabang dari matematika terapan yang menggunakan teori probabilitas dan analisis matematika untuk mendapatkan dasar-dasar
teori statistika.
Ada dua macam statistika, yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensial. Statistika deskriptif berkenaan dengan deskripsi data,
misalnya dari menghitung rata-rata dan varians dari data mentah;
mendeksripsikan menggunakan tabel-tabel atau grafik sehingga data mentah lebih
mudah “dibaca” dan lebih bermakna. Sedangkan statistika inferensial lebih dari
itu, misalnya melakukan pengujian hipotesis, melakukan prediksi observasi
masa depan, atau membuat model regresi.
·
Statistika deskriptif berkenaan dengan bagaimana data dapat digambarkan
dideskripsikan) atau disimpulkan, baik secara numerik (misalnya menghitung
rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel atau
grafik), untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data tersebut, sehingga
lebih mudah dibaca dan bermakna.
·
Statistika inferensial berkenaan dengan permodelan data dan melakukan
pengambilan keputusan berdasarkan analisis data, misalnya melakukan pengujian hipotesis, melakukan estimasi pengamatan masa mendatang (estimasi atau prediksi),
membuat permodelan hubungan (korelasi, regresi, ANOVA, deret waktu), dan sebagainya.
Metode Statistika
Dua jenis penelitian:
eksperimen dan survai
Terdapat dua jenis utama penelitian: eksperimen dan survei. Keduanya sama-sama mendalami pengaruh perubahan pada
peubah penjelas dan perilaku peubah respon akibat perubahan itu. Beda keduanya
terletak pada bagaimana kajiannya dilakukan.
Suatu eksperimen melibatkan pengukuran terhadap sistem
yang dikaji, memberi perlakuan terhadap sistem, dan kemudian melakukan
pengukuran (lagi) dengan cara yang sama terhadap sistem yang telah diperlakukan
untuk mengetahui apakah perlakuan mengubah nilai pengukuran. Bisa juga
perlakuan diberikan secara simultan dan pengaruhnya diukur dalam waktu yang
bersamaan pula. Metode statistika yang berkaitan dengan pelaksanaan suatu
eksperimen dipelajari dalam rancangan percobaan (desain eksperimen).
Dalam survey, di sisi lain, tidak dilakukan manipulasi
terhadap sistem yang dikaji. Data dikumpulkan dan hubungan (korelasi) antara
berbagai peubah diselidiki untuk memberi gambaran terhadap objek penelitian.
Teknik-teknik survai dipelajari dalam metode
survei.
Penelitian tipe eksperimen banyak dilakukan pada
ilmu-ilmu rekayasa, misalnya teknik, ilmu
pangan, agronomi, farmasi, pemasaran (marketing), dan psikologi eksperimen.
Penelitian tipe observasi paling sering dilakukan di
bidang ilmu-ilmu sosial atau berkaitan dengan perilaku sehari-hari, misalnya
ekonomi, psikologi dan pedagogi, kedokteran masyarakat, dan industri.
Besaran Dasar
|
Satuan internasional
|
|||
Nama
|
Lambang
|
Rumus Dimensi
|
||
1. Panjang
|
Meter
|
m
|
L
|
|
2. Massa
|
Kilogram
|
kg
|
M
|
|
3. Waktu
|
Sekon
|
s
|
T
|
|
4.Arus Listrik
|
Ampere
|
A
|
I
|
|
5. Suhu Thermodinamika
|
Kelvin
|
K
|
q
|
|
6. Jumlah Zat
|
Mola
|
mol
|
N
|
|
7. Intensitas cahaya
|
Kandela
|
cd
|
J
|
|
Besaran Jabaran
|
Satuan Internasional
|
|
1. Energi
|
Joule
|
J
|
2. Gaya
|
Newton
|
N
|
3. Daya
|
Watt
|
W
|
4. Tekanan
|
Pascal
|
Pa
|
5. Frekuensi
|
Hertz
|
Hz
|
6. Beda Potensial
|
Volt
|
V
|
7. Muatan Listrik
|
Coulomb
|
C
|
8. Fluks Magnet
|
Weber
|
Wb
|
9. Tahanan Listrik
|
Farad
|
F
|
10. Induksi Magnetik
|
Tesla
|
T
|
11. Induktansi
|
Henry
|
Hb
|
12. Fluks Cahaya
|
Lumen
|
Lm
|
13. Kuat Penerangan
|
lux
|
lx
|
Sistem Satuan Metrik,
dibedakan
atas :
- statis
- dinamis
Sistem
statis :
• statis
besar
- satuan panjang : meter
- satuan gaya : kg gaya
- satuan massa : smsb
• statis kecil
- satuan panjang : cm
- satuan gaya : gram gaya
- satuan massa : smsk
Sistem
dinamis :
Sistem
Satuan
|
Dinamis Besar
|
Dinamis
Kecil
|
1.
Panjang
|
meter
|
cm
|
2. Massa
|
kg
|
gr
|
3.
Waktu
|
sec
|
sec
|
4. Gaya
|
newton
|
dyne
|
5.
Usaha
|
N.m = joule
|
dyne.cm = erg
|
6.
Daya
|
joule/sec
|
erg/sec
|
Sistem Satuan British
Sistem Satuan
|
British
|
1.
Panjang
|
foot ( kaki )
|
2. Massa
|
Slug
|
3.
Waktu
|
Sec
|
4. Gaya
|
Pound
|
5.
Usaha
|
ft.lb
|
6.
Daya
|
ft.lb/sec
|
Sistem
Matrik Dalam S.I.
Awalan
|
Simbol
|
Faktor
|
exa-
|
E
|
1018
|
peta-
|
P
|
1015
|
tera-
|
T
|
1012
|
giga-
|
G
|
109
|
mega-
|
M
|
106
|
kilo-
|
k
|
103
|
hekto-
|
h
|
102
|
deka-
|
da
|
101
|
desi-
|
d
|
10-1
|
senti-
|
c
|
10-2
|
mili-
|
m
|
10-3
|
mikro-
|
m
|
10-6
|
mano-
|
n
|
10-9
|
piko-
|
p
|
10-12
|
femto-
|
f
|
10-15
|
ato-
|
a
|
10-18
|
1.4 Prosedur analisa Secara Umum
Statistika merupakan
suatu cabang ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mempelajari tata cara pengumpulan data (sampling),
pengolahan data, penyajian data, analisis data dan pengambilan keputusan
berdasarkan data. Secara umum,
proses statistika selalu melibatkan data sebagai inputnya. Sebagai alat yang
berfungsi untuk mengolah suatu data, penjabaran metodologi statistik didasarkan
pada tiga hal yakni proses analisis, asumsi bentuk distribusi dan banyaknya
variabel yang dilibatkan. Metodologi statistika berdasarkan proses analisisnya
meliputi analisis deskriptif dan analisis konfirmatif
(inferensial). Statistika deskriptif memberikan informasi secara visual dan
lebih bersifat subjektif dalam pembuatan analisisnya. Sedangkan statistika
konfirmatif (inferensial) dapat memberikan informasi secara lebih objektif
terutama dalam proses pengambilan keputusan yang ditunjang dengan adanya nilai
tingkat kesalahan pengukuran.
Rumusan metodologi
statistika selain dikembangkan berdasarkan proses analisisnya juga dikembangkan
berdasarkan penggunaan asumsi bentuk distribusi. Apabila suatu alat statistik
dikembangkan dengan menggunakan bahwa variabel yang menjadi inputnya memiliki
bentuk distribusi tertentu maka rumusan tersebut dinamakan statistik
parametrik. Sedangkan metodologi statistik yang rumusannya dibuat tanpa adanya
asumsi bentuk distribusi dinamakan statistik non parametrik. Berdasarkan
banyak variabel yang terlibat juga menjadi salah satu dasar untuk membedakan
metodologi statistik. Semakin banyak variabel yang terlibat mengharuskan adanya
suatu metodologi yang secara langsung mengolah data bersamaan tidak terpisah
untuk setiap variabel. Oleh karena itu, berkembanglah suatu metode statistik
multivariate yang semakin hari semakin banyak diminati banyak peneliti karena
kelebihannya.
2.
Pembebanan Pada Struktur
Pembebanan
pada struktur bangunan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam
perencanaan sebuah gedung. Kesalahan dalam perencanaan beban atau penerapan
beban pada perhitungan akan mengakibatkan kesalahan yang fatal pada hasil
desain bangunan tersebut. Untuk itu sangat penting bagi kita untuk merencanakan
pembebanan pada struktur bangunan dengan sangat teliti agar bangunan yang
didesain tersebut nantinya akan aman pada saat dibangun dan digunakan.
2.1. Pengertian Pembebanan
Definisi utama beban adalah : sekelompok
gaya yang akan bekerja pada suatu luasan struktur.
Setiap struktur yang akan direncanakan sebenarnya telah ditentukan oleh kode – kode pembebanan yang telah ditetapkan berupa standar nasional Indonesia (SNI).
Setiap struktur yang akan direncanakan sebenarnya telah ditentukan oleh kode – kode pembebanan yang telah ditetapkan berupa standar nasional Indonesia (SNI).
2.2. Beban Terpusat (titik), Merata, Tidak Merata
Berdasarkan
wujudnya beban tersebut dapat diidealisasikan sebagai (1) beban terpusat, (2)
beban terbagi merata, (3) beban tak merata (beban bentuk segitiga, trapesium
dsb). Beban-beban ini membebani konstruksi (balok, kolom, rangka, batang dsb)
yang juga diidealisasikan sebagai garis sejajar dengan sumbunya.
Beban
terpusat adalah beban yang titik singgungnya sangat kecil yang dalam batas
tertentu luas bidang singgung tersebut dapat diabaikan. Sebagai contoh
beban akibat tekanan roda mobil atau motor, pasangan tembok setengah batu di
atas balok, beton ataupun
baja
dsb. Satuan beban ini dinyatakan dalam Newton atau turunannya kilonewton (kN).
Lihat gambar 1.
Beban
merata adalah beban yang bekerja menyentuh bidang konstruksi yang cukup luas
yang tidak dapat diabaikan. Beban ini dinyatakan dalam satuan Newton/meter
persegi ataupun newton per meter ata u yang sejenisnya lihat gambar 2.
Beban
tidak merata dapat berupa beban berbentuk segitiga baik satu sisi maupun dua
sisi, berbentuk trapesium dsb. Satuan beban ini dalam newton per meter pada
bagian ban yang paling besar lihat
gambar
3.
Berikut
ini dicuplikkan beberapa beban bahan bangunan menerut PPIUG 1983 halaman 11.
1. Baja beratnya 7850 kg/m3,
2. Batu gunung beratnya 1500 kg/m3
3. batu pecah beratnya 1450 kg/m3,
4. beton beratnya 2200 kg/m3,
5. beton bertulang beratnya 2400
kg/m3,
6. kayu kelas 1 beratnya 1000 kg/m3
dan
7. pasangan bata merah 1700 kg/m3.
2.3. Beban Langsng dan Tak Langsung
Pada
konstruksi bangunan beban yang diperhitungkan bukan hanya beban mati seperti
yang telah diuraikan di atas, tetapi dikombinasikan dengan beban hidup yang
disebut dengan pembebanan tetap, bahkan ada kombinasi yang lain seperti dengan
beban angin menjadi pembebanan sementara. Bila pada contoh di atas, balok
digunakan untuk menyangga ruang rumah tinggal keluarga, maka menurut PPIUG
halaman 17 besarnya beban hidup sebesar 200 kg/m2. Bila luas lantai yang
dipikul balok sebesar 2 m tiap panjang balok (dalam contoh di atas beban lantai
tidak dihitung) maka beban karena beban hidup adalah 200 kg/m2 x 2 m = 400 kg/m
(kg gaya/m) = 4000 N/m = 4 kN/m. Dengan demikian beban tetap yang bekerja pada
balok adalah 4,32 + 4 = 8,32 kN/m
Dilihat dari persentuhan gaya dan
yang dikenai gaya, beban dapat dibedakan sebagai beban langsung dan beban tidak
langsung.
2.3.1 Beban langsung
Beban
langsung adalah beban yang langsung mengenai benda, sedang
2.3.2 Beban Tidak Langsung
Beban Tidak
Langsung adalah beban yang membebani benda dengan perantaraan benda lain (lihat
gambar).
2.4 Beban Hidup, Mati, Angin, Gempa,
Khusus
2.4.1 Beban Hidup
Menurut
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983, pada Bab I, pasal 1
ayat 2; beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang
berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan
yang tidak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat
diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan
dalam pembebanan lantai dan atap ke dalam beban hidup dapat termasuk beban yang
berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh
(energi kinetik) butiran air.
Sesuai dengan peraturan pembebanan
gedung 1983:
- Flat, hotel, rumah sakit,
asrama pendidikan, gedung perdagangan beban: 0,25t/m2
- Pertemuan umum, lantai ruang
olah raga, gudang, gedung arsip, industry, garasi : 0,4t/m2
- Tangga, bordes, gang untuk
point 1: 0,3t/m2
- Tangga, bordes, gang untuk
point 2: 0,5t/m2
- Lantai gedung parkir bertingkat
(tingkat paling bawah): 0,8t/m2
- Lantai gedung parkir bertingkat
(tingkat lainnya): 0,4t/m2
2.4.2. Beban Mati
Beban
mati tetap berada di gedung dan tidak berubah ubah, sesuai dengan sistem
struktur dan material yang digunakan. Seperti contoh sistem struktur portal
bertingkat dengan inti struktural akan memiliki satuan volume struktur beton
bertulang lebih kecil dibandingkan menggunakan sistem struktur tube in
tube. Begitu juga dengan penggunaan material struktur beton lebih kecil satuan
beratnya dibandingkan satuan berat baja struktur.
Portal bertingkat tanpa inti
struktural 0,3 m3/m2
Portal bertingkat dengan inti
struktural 0.35 m3/m2
Struktur tube in tube
0,4 m3/m2
satuan berat struktur
satuan berat baja
struktur
7,85ton/m3
satuan berat struktur
beton
2,4 ton/m3
2.4.3 Beban Angin
PPIUG
1983, Bab I pasal1 ayat 3: beban angin adalah semua beban yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
Tekanan
angin di Indonesia adalah 80kg/m2 pada bidang tegak sampai setinggi 20 m. Beban
angin yang bekerja terhadap gedung adalah menekan dan menghisap gedung tidak
menentu dan sukar diprediksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tekan dan
hisap angin terhadap gedung adalah kecepatan angin, kepadatan udara, permukaan
bidang, dan bentuk dari gedung.
2.4.4 Beban Gempa
Beban
Gempa adalah beban yang disebabkan oleh bergeraknya tanah akibat proses alami.
Untuk bangunan tinggi beban gempa harus diterapkan sedemikian rupa sehingga bangunan harus mampu menahan gempa ulang 50 tahun.
Untuk bangunan tinggi beban gempa harus diterapkan sedemikian rupa sehingga bangunan harus mampu menahan gempa ulang 50 tahun.
Pada Desain Gempa
inilah nilai daktilitas struktur (R) suatu bangunan dapat
ditentukan. Faktor daktilitas maksimum (µm), faktor reduksi gempa
maksimum (Rm), dan faktor tahanan lebih struktur (f) dan tahanan lebih
total beberapa jenis system dan subsistem struktur gedung sebagai berikut:
System struktur rangka dengan uraian
system pemikul beban gempa menggunakan dinding geser beton bertulang,
faktor daktilitas maksimum(µm)
3,3
faktor reduksi gempa maksimum (Rm)
5,5
faktor tahanan lebih struktur (f)
2,8
Beban gempa adalah beban
statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan
pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada
struktur ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang diartikan
dengan beban gempa di sini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut, yang
terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu. (PPUIG 1983, Bab I pasal 1 ayat
4).
2.4.5 Beban Khusus
Beban
khusus adalah beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang terjadi
akibat dari selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan fondasi,
susut, dan gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem
yang berasal dari keran, gaya sentrifugal, dan gaya dinamis yang berasal dari
mesin-mesin dan pengaruh-pengaruh khusus lainnya.
TUMPUAN ATAU PERLETAKAN STRUKTUR
A.DEFINISI
TUMPUAN ATAU PERLETAKAN STRUKTUR
Tumpuan atau perletakan struktur adalah
bagian dari sebuah struktur yang
berfungsi
sebagai bagian dimana struktur bertumpu atau terikat sehingga dengan itu
struktur dapat melimpahkan/menyalurkan pengaruh mekanika yang terjadi dalam
struktur akibat gaya luar yangbekerja dan akibat berat struktur sendiri.
B.JENIS-JENIS
TUMPUAN
1.TUMPUAN BEBAS
Tumpuan bebas adalah tumpuan yang dapat menerima
gaya horizontal dan apabila kedua ujung balok dapat berputar secara bebas maka
tumpuannya disebut tumpuan bebas. Akibat pelenturan pada balok akanterjadi
putaran sudut pada ujung balok dan apabila terjadi pelenturan maka panjang
batang mendatar akan berkurang. Apabila beban P dihilangkan maka
kedudukan balok kembali padasemula (lurus), tetapi kedudukan ujung balok dapat
bergeser.Untuk menghindari bergeser/berpindahnya tumpuan akibat pelenturanmaka
kedua ujung batang diberi tumpuan rol dan engsel sehingga pada kedua tumpuan
balok dapat bergerak bebas tetapi tidak terjadipenggeseran/perpindahan tumpuan.
![]() |
2.TUMPUAN ROL
Alat ini mampu melawan
gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik. Tumpuan Rol merupakan tumpuan
yang mampu menahan gaya dalam arah Vertikal. Penghubung yang terlihat pada
gambar dibawah ini dapat melawan gaya hanya dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah
hanya dapat melawan beban vertical. Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu
tegak lurus pada bidang cp.
3.TUMPUAN
ENGSEL
Tumpuan yang berpasak mampu
melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang. Jadi pada umumnya
reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua komponen yang satu dalam
arah horizontal dan yang lainnya dalam arah vertical. Tidak seperti pada perbandingan
tumpuan rol atau penghubung,maka perbandingan antara komponen-komponen reaksi
pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap.

4.TUMPUAN TITIK (KABEL)
Tumpuan ini
diaplikasikan dari hukum Newton yang dimana Karena benda menekan pada bidang
datar, maka gara reaksi oleh bidang datar pada benda ialah gaya normal N yang
tegak lurus padabidang datar itu.
![]() |
5.TUMPUAN JEPIT ATAU PENDEL
Tumpuan Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertical,
gaya reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit
ini mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suaut kopel
atau momen.
Tumpuan
Pendel ialah suatu batang AB dengan ujung-ujung A dan B berupaengels.Pada
batang AB tidak boleh dibebani dengan gaya antara A dan B.Gaya reaksi yang
ditimbulkan oleh pendel AB ialah gaya yang garis kerjanya berimpit dengan
![]() |
KestabilanStruktur
KESTABILAN
STRUKTUR
Salah
satu syarat agar sebuah bangunan memenuhi syarat dan layak dipakai adalah kestabilan
struktur yang bagus. Kestabilan memiliki arti bangunan tidak akan runtuh (collapse)
jika mendapat pengaruh gaya-gaya dari luar. Lihat gambar di bawah ini sebagai contoh
memahami kestabilan sebuah struktur.
Kestabilan struktur jika diberi gaya luar. Pada gambar yang berada di sebelah kiri, struktur yang
sangat sederhana akan mengalami perpindahan (deformasi) yang cukup besar
jika diberi beban luar. Struktur ini akan jatuh (collapse) dan dikatakan
tidak stabil terhadap perubahan gaya dari luar. Kondisi ini berbeda jika kita
melihat gambar yang berada di sebelah kanan, struktur yang diberi pengaku (bracing)
dikatakan stabil ketika menerima beban-beban dari luar.
Setidaknya ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk
membuat struktur yang stabil:
- Pemasangan pengaku (diagonal bracing) pada
struktur
- Pembuatan bidang rangka yang kaku (diaphragm)
- Pemasangan sambungan yang kaku (rigid)
Ketiga cara di atas diilustrasikan seperti gambar di
bawah ini.
Tiga cara untuk membuat struktur stabil
Pemasangan pengaku, selain untuk membuat struktur
stabil, biasanya dilakukan untuk membantu mencegah struktur mengalami deformasi yang besar pada arah
horizontal. Pengaku biasanya banyak dipasang pada strukur yang terbuat dari
kayu atau baja. Pada struktur bangunan tinggi (lebih dari 300 meter),
pemasangan pengaku biasanya lebih sering dilakukan dibandingkan dengan struktur
bangunan yang rendah dengan alasan struktur yang rendah masih sangat rigid
(deformasinya kecil) dan tidak membutuhkan bantuan bracing.
Bidang rangka kaku atau biasa disebut diaphragm adalah
sistem di mana dinding atau pelat lantai dipasang sangat kaku pada rangka
struktur.
Hal ini
menyebabkan sambungan (joint) tidak lagi berperilaku sebagai sendi,
namun sambungan ini akan kaku dan berubah fungsi sebagai jepit. Contoh yang
bisa kita lihat adalah pelat lantai yang terbuat dari beton yang disambung
dengan balok-balok di sekelilingnya.
Jika pada sistem diaphragm kita memasang bidang
yang akan mengubah perilaku sambungan, maka pada cara yang ketiga ini,
sambungan secara langsung dipasang dengan kaku tanpa perlu bantuan dinding atau
pelat. Biasanya sistem seperti ini bisa dilakukan pada sambungan las baja atau
sambungan balok kolom pada beton bertulang.
Jumlah minimum pengaku atau bidang yang diperlukan
untuk kestabilan struktur. Untuk membuat sistem struktur yang stabil, paling
tidak diperlukan sejumlah elemen-elemen minimum yang dipasang pada
struktur. Pada gambar di atas, bidang pengaku dan pengaku diagonal hanya
dipasang di sebuah bidang di sebuah sisi struktur. Struktur pada kondisi ini
sudah stabil, namun jika ada gaya horizontal pada arah tegak lurus bracing,
struktur akanmengalami torsi yang cukup besar akibat pemasangan struktur yang
tidak simetris. Untuk itulah diperlukan pemasangan elemen-elemen yang simetris
pada struktur.
Strukturdenganpengaku
yang simetris
Dengan
pemasangan struktur yang stabil dan tepat, diharapkan struktur tidak akan mengalami
jatuh (collapse), memenuhi syarat deformasi yang ditetapkan, dan mampu memberikan
kuat layan yang baik untuk dipakai para penggunanya.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, S. 1995. Statistik
1, 2, 3, Yogyakarta. Andi Offset
Nazir, Mohamad.
1983. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Sudjana. 1992. Metoda
Statistika (Edisi ke 5). Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2003. Statistika
untuk Penelitian, Bandung. Alfabeta
Susetyo, Budi. 2010. Statistika Untuk Analisis Data
Penelitian. Bandung. PT. Refika Aditama.
Walpole, R.E.
1992. Pengantar Statistika. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
No comments:
Post a Comment