Friday, April 6, 2018

TEKNIK PENGUKURAN DENGAN WATERPAS MAKALAH WATERPAS


Untuk file lebih lengkap dan jelas dapat di download file mentah disini






Bab 1
Pendahuluan
1.1.             Landasan Teori
Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan ketinggian atau beda tinggi antara dua titik. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk pekerjaan konstruksi.
Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada, dan lain-lain.
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu :
  • Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap sama dengan garis unting-unting.
  • Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik. Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
  • Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.
  • Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
  • Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.
1.2.            Maksud Pengukuran Beda Tinggi
Pengukuran ini mempunyai maksud untuk :
·        Menentukan beda tinggi dari setiap titik pada jalan yang lurus serta menentukan elevasi setiap titik tersebut dari titik tetap (Bench Mark) yang telah ditetapkan.
·         Mengetahui macam-macam bagian-bagian alat waterpass
·        Mengetahui apa itu waterpass


1.3.            Rumusan Masalah
·        Menentukan tinggi patok
·        Mengetahui alat-alat pengukuran beda tinggi

Bab II
Pembahasan
2.1               Klasifikasi Waterpass
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj23KcnXrITvNUjNl8rC0M76yOMzxJtiUw4-3LVKaVZpPNFH5IlHRFKbQg9uD87NKqrzwEVFpAceNInbVRvNuDYRKnZG6_oZdnj6jiB7WOdTMM1xOKwiiABqXjMHAKRyuPS7oDf2BAfgtM/s1600/New+Picture+%288%29.png









Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
1.         Lingkaran horizontal berskala,
2.         Skala pada lingkaran horizontal,
3.         Okuler teropong,
4.         Alat bidik dengan celah penjara,
5.         Cermin nivo,
6.         Sekrup penyetel fokus,
7.         Sekrup penggerak horizontal,
8.         Sekrup pengungkit,
9.         Sekrup pendatar,
10.       Obyektif teropong,
11.       Nivo tabung,
12.       Nivo kotak.

2.2               Prinsip Kerja Waterpass

Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sbb :
  • Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
  • Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.
  • Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.
Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur (baak). Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara memegangnya pun harus betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu ukur berdiri dengan tegak, maka dapat digunakan nivo rambu . Jika nivo rambu ini tidak tersedia, dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan ke depan, kemudian ke belakang, kemudian pengamat mencatat hasil pembacaan rambu ukur yang minimum. Cara ini tidak cocok bila rambu ukur yang digunakan beralas berbentuk persegi.
Pada saat pembacaan rambu ukur harus selalu diperhatikan bahwa :
          2BT = BA + BB
Adapun : BT = Bacaan benang tengah waterpass
                 BA = Bacaan benang atas waterpass
                 BB= Bacaan benang bawah waterpass
Bila hal diatas tidak terpenuhi, maka kemungkinan salah pembacaan atau pembagian skala pada rambu ukur tersebut tidak benar.
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ada dua macam pengukuran waterpass yang dilaksanakan, yaitu :
          1.      Pengukuran Waterpass Memanjang
          2.      Pengukuran Waterpass Melintang
Rumus-rumus yang digunakan dalam pengukuran waterpass adalah

2.3.1.    Pengukuran Waterpas Memanjang
                 Beda tinggi antara titik A dan B adalah :
        ΔhP1P2 = BTP1 – BTP2                             
  Adapun : ΔhP1P2 = beda tinggi antara titik P1 dan P2 
               BTP1   = bacaan benang tengah di titik P1 
              BTP2   = bacaan benang tengah di titik P2
                       
Jarak antara A dengan P1 adalah :
            do = 100 × (BAP1 – BBP1)
Adapun : dAP   = jarak antara titik A dan P
                BAA = bacaan benang atas di titik A
                BBA = bacaan benang bawah di titik A
            Dalam pengukuran waterpass memanjang, pesawat diletakkan di tengah-tengah titik yang akan diukur. Hal ini untuk meniadakan kesalahan akibat tidak sejajarnya kedudukan sumbu teropong dengan garis arah nivo.s
2.3.2. Pengukuran Waterpass Melintang

            Beda tinggi antara titik 1 dan 2 adalah :
            Δh12 = BT1 – BT2
               Adapun : Δh12 = beda tinggi antara titik 1 dan titik 2
                                 BT1  = bacaan benang tengah di titik 1
                                 BT2  = bacaan benang tengah di titik 2
                Beda tinggi antara titik 1 dan titik P adalah :
                Δh1P = BT1 – TP
                Adapun : Δh1P = beda tinggi antara titik 1 dan titik P
                                 BT1  = bacaan benang tengah di titik 1
                                 TP    = tinggi pesawat

Berikut adalah kesalahan–kesalahan yang biasa dilakukan di lapangan :
1.      Pembacaan yang salah terhadap rambu ukur. Hal ini dapat di sebabkan karena mata si pengamat kabur, angka rambu ukur yang hilang akibat sering tergores, rambu ukur kurang tegak dan sebagainya.
2.      Penempatan pesawat atau rambu ukur yang salah.
3.      Pencatatan hasil pengamatan yang salah.
4.      Menyentuh kaki tiga (tripod) sehingga kedudukan pesawat / nivo berubah










2.3              Peralatan Untuk Mengukur Beda Tinggi
a. Waterpass
b.    Statif (Kaki Tiga)
Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri. Seperti tampak pada gambar dibawah ini :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm2e9Hll-xOcZIkfVEc8U2x2Kf7Uu6Ym6yU4RvXErlTvDsJ1xMISUJynEoz5ljaNuolQeJw3zF9fuNr2CwNF8Z2gSJXVHbh8-eQXmYnYPR_pQ4dTRPQCa94sMrcDzsDocQMLCUDUB6-ZI/s1600/Statif.jpg

                                                   Gambar 2.2
                                                  Statif (Kaki Tiga)


c.    Unting – Unting
Unting-unting ini melekat dibawah penyetel kaki statif, unting-unting ini berfungsi sebagai tolak ukur apakah waterpass tersebut sudah berada tepat di atas patok.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOd3y4ip_a9KbSPLwm6dsiJQRL-9srb16uOF35Sscu4PYk-6pUZWWT_tyFdhRyczc4t5Gd7Tr190d1BPeoz8DFrecF1YW06b9iGE7ZTfUyXQVc3D_zHo2PPun7CDYwdmNGvr7PKIdGywg/s1600/unting.jpg


Gambar 2.3
Unting-unting

d.   Rambu Ukur
Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang berukuran  ± 3–4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm, bahkan ada yang panjangnya mencapai 500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi sepatu besi. Bidang lebar dari bak ukur dilengkapi dengan  ukuran milimeter dan diberi tanda pada bagian-bagiannya dengan cat yang mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi silau. Bak ukur ini berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama secara detail.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg73rgzzawwHtZrNmN9luDpyDqufJ0EwRm5IqYJHe4Pod68OgjtuA3ylv6VeSbSfNo8tADu361gHBgp9h7SRu1ypJhN4nMacVp0hI9rlKzXpn081cDIw89HyM5-VrCDbQ1Q5jKEj3Y2iCw/s1600/New+Picture+%2811%29.png
 



 

                                                                Gambar 2.4
                                                                 Rambu ukur/Bak ukur






e.    Payung
Payung digunakan untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung maupun hujan karena lensa teropong pada pesawat sangat peka terhadap sinar matahari.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUQ3gJe5LFPVETYfIaQEnwePfwYyFPvnGBXQ_Rlu_wNZ3sWoB1GTajCGFGrCdqiCquoA2N1Uffm0sDaJ4J4tI-iNEc9sMy6SS7joHP-ajNIfeSamD0l4-zAO0lGWK0LSObbJrADNeMNSQ/s1600/New+Picture+%2813%29.png
                                                                              Gambar 2.5
                                                                               Payung



f.     Kompas
Kompas digunakan untuk menentukan arah utara dalam pengukuran sehingga dijadikan patokan utama dalam pengukuran yang biasa di sebut sudut azimut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYur6I_OnLWrOYQIdiOs6RTmgxqn1fOMIA_E9E0R6zIn0aOKWsQPdx4naRhD74QrEGEdDr3irUGPxqKVVZOPi_ThGFuu8MtKD84N1aMVMLV4A5r8CdQQnyZGqUXOGjZV4VYeHCcoLgzmg/s1600/New+Picture+%2814%29.png


                                                                                                                                           



                                                             Gambar 2.6
                                                            Kompas





g.    Nivo
Di dalam nivo terdapat sumbu tabung berupa garis khayal memanjang menyinggung permukaan atas tepat ditengah. Selain itu, dalam tabung nivo terdapat gelembung yang berfungsi sebagai medium penunjuk bila nivo sudah tepat berada ditengah.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7x6o11VJJLWzSKWg_zpkBdh4cUAKsKTAy3je9lON8j303gwR-ker_FteI2Vnf7NDsbQAfyvdIC1uNYmBymSrr0u8J03c2qBDqVstZa8JeDftPk8KAsaHl3M5VBwx4L3i7hRaI9DRB118/s1600/New+Picture+%2815%29.png

                                                                     Gambar 2.7
                                                                   Nivo kotak


                                                                            
h.    Rol Meter
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjymXaaugeB2OrVgmamJtetHR1yzUkpgyyCGSVQQlQxILDAlRi7PzwyiU2O4aUQc655lZGzB6DN2STvG1K5luftWrgJveyeUw2TTVslplfklZ-zwEbiD4I5Uci4zEVJUeoxAExEtl1jXF0/s1600/New+Picture+%2816%29.pngRol meter terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 m dan dilengkapi tangkai untuk mengukur jarak antara patok yang satu dengan patok yang lain.





                                                  

                                                               Gambar 2.8
                                                               Rol Meter



i.      Patok
Patok ini terbuat dari kayu dan mempunyai penampang berbentuk lingkaran atau segi empat dengan panjang kurang lebih 30-50 cm dan ujung bawahnya dibuat runcing, berfungsi sebagai suatu tanda di lapangan untuk titik utama dalam pengukuran.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvjOJ6REvLm86Z94dHscuIjkvBUMAtAGV1ICH0G0F7i6GjukugKgfjf9WZHCkbwf9QEsu2zDr7vtL0QETvnm1iHKT2CShME_P0KfYeXbPxJDwhbZ6HJFC8_J2ZOvfI-5fFFhBwjJqLKPw/s1600/New+Picture+%2817%29.png

                                                                 Gambar 2.9
                                                               Patok

                                       

2.4              Cara Pelaksanaan Pengukuran
            Urut-urutan pelaksanaan dari pengukuran waterpass adalah sebagai berikut:
2.4.1        Pengukuran Waterpass Memanjang :
1.      Menentukan titik awal pengukuran serta titik tetap (Banch Mark) yang digunakan.
2.      Memberi tanda pada titik awal tersebut dengan menggunakan paku dan cat  sebagai titik P1
3.      Menentukan titik A yang berjarak 25 meter didepan titik P1, dan titik P2 yang berjarak 25 meter didepan titik A dan seterusnya dengan memberi tanda dengan cat hingga titik terakhir, yaitu titik P11 sejauh 500 m dari titik awal.
4.      Mendirikan tripod tepat diatas titik P1 dan meletakkan alat ukur waterpass diatas tripod tersebut dengan menyekrup bagian bawahnya.
5.      Memasang Unting-unting dan mengusahakan agar unting-unting tersebut tepat menunjuk ke titik P1.
6.      Mengatur sekrup  pengungkit agar gelembung nivo terletak di tengah-tengah tabung.
7.      Setelah nivo dalam keadaan seimbang, bak diletakkan di titik BM kemudian ditembak dari titik P1 tersebut (usahakan letak bak vertikal)
8.      Kemudian benang horisontal dibaca oleh pengamat dan hasilnya dicatat oleh pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus waterpass, yaitu : d =  100 x (BA-BB) dan 2  x BT  = BA + BB. Jika hasil pembacaan tidak memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu ukur diulang kembali.
9.      Setelah titik BM diukur, waterpas dipindahkan ke titik A kemudian titik P1 dan P2 ditembak/diukur. Setelah itu alat dipindahkan ke titik B untuk penembakan/pengukuran ke titik P2 dan P3,dan seterusnya hingga titik terakhir yaitu titik J dan melakukan penembakan kembali ketitik awal untuk bacaan pulang hingga titik A.
10.  Melakukan penghitungan dan kesalahan yang diperbolehkan. Jika selisih beda tinggi antara pengukuran pergi dengan pengukuran pulang melampaui kesalahan ynag diijinkan, maka Pengukuran harus diulang kembali.

2.4.2    Pengukuran Waterpass Melintang :

                                    1.      Pesawat    didirikan tepat diatas dititik P1 yang telah ditandai dengan cat.
2.      Setelah unting-unting menunjuk tepat ke titik P1, sekrup pengukit diatur sedemikian rupa hingga gelembung nivo tepat ditengah-tengah.

3.      Menentukan  titik-titik yang akan ditentukan ketinggiannya, lalu mengukur jarak titik-titik tesebut dari pesawat. Titik-titik tersebut adalah titik 1, 2, 3, dst.

4.      Menyipat titik-titik yang telah ditentukan tersebut serta titik BM, sementara pemegang  rambu membetulkan posisi  rambu ukur (baak) spaya tegak betul.
5.      Setelah letak rambu ukur vertikal, benang horisontal dibaca oleh pengamat dan hasilnya dicatat oleh pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus waterpass, yaitu : d = 100 x (BA-BB) dan 2 x BT = BA + BB. Jika hasil pembacaan tidak memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu ukur diulang       kembali.
6.      Setelah titik-titik tersebut disipat, maka pesawat dipindahkan ke titik P2 yang telah diberi tanda cat, kemudian mengulang langkah-langkah no.2 s/d no.5. prosedur ini diulang untuk posisi pesawat di P3, P4, dan seterusnya hingga titik terakhir, yaitu titik P11.
7.      Melakukan penghitungan beda tinggi terhadap titik-titik tersebut.
BAB 3
Kesimpulan dan Saran

3.1       Kesimpulan
Jadi untuk menguku beda tinggi harus menggunakan waterpass karena alat ini di desain kusus untuk mengukur beda tinggi.

3.2       Saran
Waterpass adalah alat yang cukup hanya perusahaan tertentu yang bisa menggunakan nya jadi hendak nya alat ini di desain dengan desain yang economis agar banyak yang bisamenggunakan pesawat ini.














Daftar Pustaka
Wongsotjiro S, ILMU UKUR TANAH,Kansius,1977:Yogyakarta

No comments:

Post a Comment